Manusia Modern dan Kemerdekaan
foto diambil dari pinterest
Ada sebuah reels yang lewat di instagramku dua hari lalu, kurang lebih kata-katanya seperti ini “discipline is freedom”.
Tentang freedom,
aku mendefiniskannya sebagai kontrol tubuh mutlak yang dilakukan secara sadar
oleh manusia. Maka, ketika manusia tidak memiliki kontrol akan dirinya, ia tidak
merdeka. Setelah mempelajari teori Gayatri Spivak mengenai subaltern, di sisi
lain aku pun mengamini masih banyak orang, dengan latar belakang tertentu tidak
memiliki kemerdekaan akan dirinya. Tetapi di sini aku ingin membicarakan
tentang possibility kemerdekaan diri yang sesungguhnya dari hal-hal yang ada di
sekeliling kita saja.
Menjadi disiplin itu
adalah merdeka. Orang-orang disiplin tahu benar apa yang ingin mereka capai di
masa depan, dan ini sangat bergantung pada hubungan kausalitas. Kalau ingin
ruangan rapi, ya dibersihkan. Kalau ingin sehat, olahraga. Kalau ingin
mendapatkan hasil yang bagus, belajar keras dan menjadi yang terbaik, dan masih
banyak hal lainnya. Tanpa kedisiplinan, bisa saja di masa depan manusia
terjebak pada situasi tidak menguntungkan dan tidak bisa keluar darinya.
Orang yang bisa
memilih itu merdeka. Memiliki pilihan itu sendiri adalah privillege. Ada orang-orang
yang sudah terlahir dengan sejuta pilihan yang bisa diputuskan secara random
saja, tapi ada juga orang-orang yang perlu membuka opportunity sendiri untuk
menghasilkan pilihan-pilihan bagi dirinya, dan itu tidak apa-apa.
Maka, aku melihat
bahwa merdeka sangat sejalan dengan kesadaran. Kesadaran seharusnya membuat
manusia tidak fomo dan dikontrol oleh tren, kesadaran juga seyogyanya
menjadikan manusia lebih arif, pemaaf, dan dapat membela diri sendiri. Kesadaran
itu, menurutku adalah proses belajar seumur hidup. Tumbuh kembangnya manusia
dewasa ya di kesadaran ini. Tanpa belajar dan membuka diri terhadap pengalaman
dan wawasan baru, manusia mungkin akan menghabiskan hidupnya dengan keadaan tidak
memiliki pilihan selain menjalaninya saja.
Komentar
Posting Komentar