Deleuze: Sepotong Refleksi Pasca Membaca 2 Hari



Gambar di ambil dari: kempalan.com


8 Februari 2023

Empat tahun aku belajar fikih, belajar ilmu-ilmu alat (ilmu pendukung Bahasa Arab dan fikih), mempelajari banyak ilmu sosial di sekolah. Semua itu bersifat teori, aku belajar satu konsep ke konsep yang lain. Dulu, rasanya itu seperti berjalan mengambang, tidak memijak bumi, apa yang kupelajari hanya sebatas “pengetahaun” tanpa eksekusi atau tabayun lebih dalam.

Selama kuliah S1, dan sekarang S2, aku baru memahami, satu persatu mulai terkoneksi, ilmu yang kupelajari dan mengendap di alam bawah sadar muncul satu-satu ketika bertabrakan dengan realita. Ini sangat mempengaruhi bagaimana aku melihat sesuatu, bagaimana aku memandang dunia. Delouze mengatakan “As a result, 'learning' always takes place in and through the unconscious, thereby establishing the bond of a profound complicity between nature and mind”.

Pernyataan ini seakan connecting the dots banyak input yang sudah aku terima dua puluh empat tahun belakangan. Satu tahun yang lalu, Ketika aku membaca artikel atau apapun itu, dan ketika menemukan hal-hal yang tidak aku pahami, aku terus melanjutkan bacaanku, kupikir “baca saja siapa tahu aku akan paham”, dan ternyata walaupun tidak paham atau tidak sepenuhnya mengerti, apa yang kubaca terkoneksi dengan hal lain yang ada di alam bawah sadarku, secara tidak langsung otakku memproses hal tersebut dan membentuk semacam stuktur berpikir, dan surprisingly aku kemudian menemukan poinnya.

Betapa Tuhan menganugerahkan akal sebagai nikmat yang paling besar kepada manusia, Al-ghazali pun membahas khusus perihal akal dalam kitab khusus berjudul Misykatul Anwar. Akal dapat menembus realitas, dapat mendobrak stuktur yang terbangun kokoh, dan menciptakan segala hal yang belum pernah manusia lihat atau sentuh melalui daya imaji. Aku tiba-tiba juga jadi teringat dengan Dr. Fakhruddin Faiz yang mengatakan guru terbaik itu adalah yang mengajari muridnya cara “berpikir”, setelah aktivitas “berpikir” itu terwujud, manusia sungguh mungkin akan mencapai tingkat kebijaksanaan tinggi layaknya Socrates memandang kehidupan.

Ah Delouze, aku mengobrak-abrik teori ini 2 hari dan masih berusaha untuk memahami pemikirannya, tetapi sepotong saja aku paham, aku sungguh paham dan mendapatkan bibit refleksi “kebijaksanaan baru” untuk versi diriku yang sudah dewasa ini, dan tentu saja, aku juga ingin kalian tahu.

Update:

12 Maret 2023

Aku sudah menuntaskan teori Delouze. Rasanya ingin berterima kasih kepada dosen pengampu  yang membuatku mengulik teori ini hingga tuntas. Pada akhirnya yang paling indah adalah proses belajar itu sendiri. Delouze menjelaskannya dalam konsep Different it Self.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajah Perawan di Orang-Orang Desa, dan Kita Masih Saja Tega

Apa kabar?

Yang Terserak