Tumbuh: Kiat Menjadi Manusia non-Stagnansi

 

Ketika hendak memulai paragraf ini, tiba-tiba saya teringat Elon Musk, tentang cara belajarnya hingga menciptakan inovasi yang menjadi pelopor di bidangnya. Musk mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa jika manusia mengetahui hakikat ilmu pengetahuan, maka banyak sekali hal yang akan tercipta, dan poin paling penting dalam menemukan hakikat tersebut adalah melalui pertanyaan yang tepat. Dari sini kabel pengetahuan membawa saya kepada alur berpikir akademis, bukankah memang selama ini dalam riset atau skripsi kita diharuskan untuk memiliki pertanyaan atas masalah yang dikaji? Lantas, seberapa dalamkah pertanyaan dalam riset kita? Bila dibawa ke pola berpikir Musk, seharusnya berjuta-juta skripsi, tesis, disertasi, dan riset lapangan sudah mampu menyelesaikan segala lini persoalan manusia, tetapi nyatanya riset yang baik dan berkualitas saja belum cukup, terdapat kesenjangan dana antara peneliti dengan produk riset. Sehingga, untuk menjadi the next Musk- minimal dalam lingkungan terkecil manusia- setidaknya dibutuhkan inovasi-sumber dana-prospek komersil.

Baiklah, meninggalkan Musk dengan segala inovasinya, saya ingin berbicara mengenai tumbuh, sebagai manusia yang terus bergerak maju dan membuat perubahan setiap hari, minimal pada diri sendiri. Belakangan, saya berpikir bahwa semua pengetahuan di dunia ini sebenarnya terkoneksi satu sama lain, manusia tidak perlu memilih harus fokus ke arah mana, karena manusia itu memang Tuhan ciptakan begitu kompleks, Tuhan anugerahkan akal, yang menurut Al-Ghazali merupakan nikmat yang patut disyukuri setiap hari, bahkan Al-Ghazali menulis tentang akal dalam sebuah kitab khusus berjudul Misykatul Anwar, hanya untuk membicarakan betapa intimewanya posisi akal manusia, dan bila dioptimalkan, akal bisa menembus hal-hal abstrak yang bahkan tidak pernah tergambar sebelumnya dalam imajinasi manusia. Bapak Gita Wirjawan, dalam beberapa podcastnya juga menunjukkan kecenderungan bahwa menjadi manusia yang general itu sebenarnya cukup bagus, walaupun memang secara karir spesialisasi itu jauh lebih “aman” menurut paradigma orang-orang biasanya. Nah, karena semua ilmu pengetahuan terkoneksi, yang perlu kita lakukan adalah mencari kabel penghubungnya, bisa dimulai dari hal-hal realistis yang langsung berpengaruh terhadap diri sendiri. Misalnya belajar finance karena ingin investasi, lalu belajar tekwondo, karena ingin membuat konten setiap hari. Apapun, apapun!

Dua paragraf di atas rasanya masih cukup meraba-raba ya arah tulisannya mau kemana. Hehehe. Sebenarnya simpel, yang ingin saya katakan adalah, kiat-kiat untuk tumbuh dalam semua bidang yang kita minati, dan kita bisa melakukannya sekaligus. Belakangan saya mencoba hal ini, dan rasanya hampir tidak ada waktu yang terbuang, waktu saya gunakan untuk menambah informasi dari segala bidang, and it’s oke sekalipun tidak relate dengan fokus pekerjaan/penddikan saya, poinnya adalah, saya mendapatkan pengetahuan mengenai hal baru setiap hari.

                                                                                    Gambar di akses dari: https://unsplash.com/photos/JfolIjRnveY

Cara manusia belajar sesungguhnya cukup berbeda-beda, ada yang tipe visual, tipe kinestetik, tipe audio, dan lain-lain. Saya sendiri karena tidak bisa mendefiniskan diri saya dalam pola-pola mainstream tersebut, saya mencoba semuanya. Pertama adalah membaca (visual), sumber pengetahuan paling kredibel dan memacu otak lebih kreatif. Kalau disuguhi dengan redaksi kata “belajar/membaca” rasanya memang cukup “biasa” dan tidak menggugah ya, hehehe. Banyak orang terbebani untuk membaca buku secara tuntas, begitupun membaca jurnal, padahal, kalau membaca dijadikan kebutuhan, maka ya baca saja sesuai kebutuhan, tidak perlu membaca semuanya jika dinilai terlalu berat dan menyita waktu. Kalau kebutuhan sudah terpenuhi, tinggal menemukan afeksi untuk membaca lebih banyak/membaca tuntas. Salah satu caranya bisa dengan melihat dulu video review buku sebelum membacanya.  Saat ini sudah banyak sekali chanel edukatif di Youtube yang bisa teman-teman tonton, termasuk chanel Maudy Ayunda yang sering mengulas listing books favoritnya.

Kedua melalui audio. Saya sendiri biasanya nyambi mendengarkan podcast di Youtube di sela-sela aktivitas saya, aktivitas yang saya maksud di sini tentu saja yang tidak memerlukan banyak energi untuk berpikir. Misalnya, saya mendengarkan podcast "Satu Persen" ketika bebenah rumah, mencuci piring, menyapu lantai, mengepel, dan memasak. Tanpa saya sadari, sudah lebih dari 5 podcast dengan topik berbeda yang sudah saya dengarkan. Bila ditarik garis kurva, maka selagi saya mengerjakan pekerjaan rumah tersebut, status saya sudah berubah, dari “tidak tahu” menjadi “tahu”, atau dari “tahu” menjadi “lebih tahu”. Tidak perlu perkembangan signifikan, perubahan kecil itu saja sudah cukup membuat kabel-kabel pengetahuan saya terkoneksi. Belakangan ketika bekerja, misalnya membuat report atau mengurus berkas administrasi, saya juga kerap mendengarkan podcast yang agak berat, favorit saya beberapa minggu ini adalah podcast Pak Gita Wirjawan - yang menurut saya banyak memberikan sudut pandang dalam menilai suatu masalah. Saya pilih topik seperti itu dalam jam kerja, terutama di waktu pagi dikarenakan manurut saya stimulasi otak masih cukup baik di pagi hari, keadaan otak belum terlalu lelah, sehingga pengetahuan tipis-tipis melalui podcast dapat menjadi bridging aktivitas saya sepanjang hari. Simpelnya, agar saya tidak memulai hari dengan otak dan mood yang malas.

Gambar di ambil oleh penulis dalam event Investment Festival yang diadakan oleh Mirae Asset Sekuritas

Dan terakhir adalah pengalaman. Teman-teman tentu disini berani membayar berapapun untuk mendapatkan experience atas suatu hal bukan? Entah itu jalan-jalan, mengunjungi tempat baru, minum di kafe ciamik, dan lain-lain. Membeli experience bisa menjadi cara yang menarik dalam tumbuh. Saya ingin contohkan dalam dunia investasi. Ketika berbicara mengenai laporan keuangan, analisa fundamental, apalagi melihat portopolio yang berdarah rasanya membuat mood cukup buruk bukan? Karena otak secara tidak langsung terstimulasi bahwa membicarakan investasi merupakan hal yang berat. Saya sendiri memiliki karakter yang agak ekstrovert, saya kerap mendapatkan energi dari orang-orang, sehingga ketika saya sedang mumet dan dalam kondisi yang malas, saya senang untuk bertemu orang-orang, terlebih mereka dengan energi positif yang dapat membantu saya untuk semakin bertumbuh. Nah, membeli experience ini bisa melalui seminar berbayar, atau mengunjungi tempat baru untuk menemukan inspirasi, dan masih banyak hal lain. Intinya, experience itu membawa energi dan membuat teman-teman semakin bertumbuh. Apapun caranya. Mungkin untuk teman-teman yang memiliki sifat introvert bisa jadi agak berbeda, saya akan ulas lain kali ketika sudah berbicang dan menemukan poin menarik dari mereka ya.

Tulisan ini akan ditutup dengan refleksi dari buku Atomic Habit by James Clear, seperti judulnya “atomic-bersifat atom”, dan yang seperti teman-teman tahu, atom merupakan partikel terkecil dari susunan materi, nah begitu pula dengan habit, habit itu terbentuk karena pengulangan, dan mengubah satu hal kecil saja dalam habit, akan berdampak besar di kemudian hari, entah bagaimana dan kapan momennya, saya percaya belajar dan berusaha untuk tumbuh tidak akan pernah membawa manusia ke jalan kemudaratan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajah Perawan di Orang-Orang Desa, dan Kita Masih Saja Tega

Apa kabar?

Yang Terserak