Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Apa kabar?

  Jantung berdegup pada resah dan ingin tahu kabarmu Potret biru laut, biru langit, juga kamu Pada perkenalan yang adik bilang suka “Abang begitu laki-laki dalam biru”     Melompati 2022 dan 2023 Adik lari pada rindu-rindu nan pedih Tidak tersampaikan, tidak berkesudahan Birumu, cukup dalam memori saja Tidak perlu di Instagram Yang barangkali terlihat dalam pencarian Dan ingin tahu kabarmu   Mengapa cinta begitu mudah pada orang-orang? Datang, pergi, dan berganti begitu saja   Sedang kamu, masih berlari-lari dalam kenangan baruku dengan orang-orang Tidak mempan ditimpa tulis Dan biarlah begitu Semoga resah juga milikmu

MEUGANG: KEHANGATAN DALAM SEPIRING RENDANG DAN TIDAK ADA PUN TIDAK APA-APA

  Aku menulis ini tanpa melihat rujukan apa-apa, hanya ingin mengejawantahkan semua repertoire-ku tentang tradisi   meugang berdasarkan pengamatanku.   meugang itu, sederhananya adalah tradisi memasak aneka olahan daging yang dilakukan H-1 menjelang ramadhan atau lebaran. Ada yang dibuat rendang, ada yang buat sop dengan tulang-tulang sapi yang besar, ada yang buat daging putih, kari, daging goreng balado, dan apapun lah, beda rumah beda selera. Keluarga besarku juga merayakan itu saban tahun, dan masa remaja yang kuhabiskan di Aceh secara tidak langsung membentuk pola pikirku bahwa   meugang adalah kewajiban. Orang yang tidak memiliki daging di rumahnya ketika hari   meugang patut dikasihani, karena selain tidak punya uang, rasanya tidak ada alasan lain yang membuat orang Aceh tidak merayakan meugang. Ada beberapa cerita saban tahun di kampungku tentang   meugang ini. Cerita tentang pengantin baru yang suaminya tidak punya uang untuk membeli sekilo dag...